Tujuh Perbuatan Dosa yang Membinasakan Pelakunya

Kehidupan dunia merupakan ujian bagi manusia.  Baik atau buruk tindakan yang diperbuat, pasti mendapat balasan di akhirat. Bagi Umat Islam, Alquran dan hadist menjadi pedoman hidup untuk mengarungi kehidupan dunia yang singkat.

Nabi Muhammad SAW selalu memperingatkan umatnya agar menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Namun, manusia gudangnya salah, sehingga tiada hari yang luput dari perbuatan dosa.


Tujuh perbuatan dosa ini patut menjadi perhatian dan diwaspadai. Pasalnya, Rasul mengingatkan bahwa ketujuhnya merupakan dosa yang membinasakan. Tidak hanya dibalas akhirat, di dunia pun pelakunya akan mendapat laknat. Apa saja dosa tersebut? Berikut ringkasannya.

Nabi menyampaikan tujuh dosa yang dapat membinasakan manusia dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya :

“Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan, para sahabat berkata: Wahai Rasulullah apakah perkara-perkara itu ? Rasululah menjawab: Menyekutukan Allah, Perbutan sihir, Membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan alasan yang benar, Memakan riba, Memakan harta yatim, Lari dari peperangan, dan Menuduh berzina wanita mu’min yang menjaga kehormatannya (Wanita Baik-baik). (HR. Bukhari Muslim). Berikut masing-masing penjelasan dari point-point  hadist tersebut

1. Syirik
Syirik merupakan sebuah dosa besar karena menyamakan sesuatu selain Allah dengan Allah. Atau dengan kata lain mensejajarkan Allah SWT dengan selain Dia. Dosa syirik begitu membinasakan, karena Allah SWT sudah berfirman tidak akan mengampuni dosa tersebut. Untuk itu, sebagai Umat Islam kita wajib mengetahui hal-hal yang mengandung kesyirikan sebelum melaksanakan sesuatu.

“Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan akan mengampuni yang selainnya bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. An Nisa : 48).

“Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah : 21-22)

Maka hendaknya kita menghindari perbuatan syirik ini agar kita mendapatkan ampunan dari Allah ta’ala dan terhindar dari api neraka.

2. Perbuatan Sihir
Dosa kedua yang mebinasakan manusia adalah sihir. Meski dengan kemajuan zaman dan teknologi yang berkembang, praktik-praktik sihir rasanya tidak bisa dihindarkan. Popularitas, kekayaan, kecantikan dan ketampanan tak pelak membuat seseorang yang lemah imannya untuk melakukan dosa ini. Misalnya dengan praktik sihir seperti sihir pelet, santet, dan “aji-aji” lainnya.

Padahal para pendosa dari perbuatan sihir akan mendapat hukuman yang pedih dari Allah.  “ Dan tidak akan beruntung para penyihir itu, dari manapun dia datang.”(QS. Taha: 69).

Pada zaman Rasulullah SAW para tukang sihir juga mendapat hukuman yang tidak main-main. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hukuman bagi tukang sihir adalah dipenggal dengan pedang” Hadits diriwayatkan oleh Tirmidzi, Hakim, dan lain-lain

3. Membunuh Seseorang Tanpa Alasan yang Benar
Dosa yang membinasakan selanjutnya adalah membunuh seseorang tanpa alasan yang benar. Allah SWT dalam firman-Nya menjelaskan bahwa membunuh satu orang saja tanpa asalan yang benar sama dengan membunuh semua manusia yang ada di dunia. Hal ini dijelaskan dalam QS. al-Maa’idah : 32 yang artinya:

"Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. al-Maa’idah : 32).

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya” (Qs. An Nisaa: 93).

4. Memakan Riba
Kaya tidak melulu memiliki banyak harta, namun apakah harta tersebut berkah atau tidak. Salah satu penyebab harta tidak berkah adalah melakukan riba. Riba bisa terdapat dalam utang dan transaksi jual-beli. Jika harta yang dimiliki bercampur dengan riba maka Allah ta’ala akan cabut barakah dari harta tersebut.

Allah ta’ala berfirman : “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila.” (QS. Al-Baqarah: 275)

5. Memakan Harta Anak Yatim
Manusia haruslah berhati-hati terhadap harta yang Ia makan. Karena bisa saja, apa yang dimakan merupakan hak anak yatim. Dosa memakan harta anak yatim seperti dikatakan Rasulullah SAW akan membinasakan. Mereka telah bebuat dzalim kepada anak-anak yang tidak memiliki ayah. Dan perbuatan inilah yang mengantarkan mereka kepada neraka Jahannam. Allah ta’ala berfirman :

“Sesungguhnya orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan merak akan masuk ke dalam api yang meyala-nyala (Neraka).” (QS. An-Nisa’: 10)

6. Lari Dari Medan Peperangan
Menjadi pecundang dalam sebuah peperangan juga tergolong dosa yang membinasakan. Mereka lari karena takut terluka atau mati saat menjalani perang sehingga lari meninggalkan kawanan. Tindakan ini tidak hanya akan menimbulkan kehinaan dari sesama manusia, namun mereka memunculkan kemurkaan Allah SWT.  Seseorang hanya diperbolehkan mundur untuk mengatur siasat namun tidak boleh meninggalkan barisannya untuk kembali berjuang membela kebenaran.

Tentang pengecualian tersebut Allah ta’ala telah berfirman: “Dan barangsiapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (mengatur siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan lain, maka sungguh orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah. Tempatnya ialah neraka Jahannam, dan seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. Al-Anfal: 16)

7. Menuduh Berzina Seorang Wanita Mu’min
Dosa terakhir yang membinasakan pelakunya adalah menuduh wanita bahwa Ia berzina namun tidak memiliki bukti. Hal ini hanya akan menyebabkan penuduh mendapatkan hukuman. Apabila sang penuduh tidak bisa mendatangkan empat saksi maka dia berhak atas 80 kali cambukan dan kesaksiannya tidak akan diterima, sebagaimana yang Allah ta’ala jelaskan dalam Al-Qur’an :

“ Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik (berzina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka cambuklah mereka delapan puluh kali, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-selamanya, Dan mereka itulah orang-orang yang fasik .” (QS. An-Nur: 4)

Sanksi Bagi Pezina yang Belum Menikah

Di era kini batasan antara perempuan dan laki-laki sudah tidak dihiraukan lagi. Tidak heran jika pada akhirnya akan timbul perzinahan yang begitu di benci Allah SWT. Hukuman terhadap pezina yang terbilang ringan tidak membuat jera.

Alhasil kini perzinahan marajarela. Mulai dari kalangan dewasa, bahkan remaja melakukan aktivitas fisik tanpa ada ikatan pernikahan. Jika dalam satu kondisi ketahuan, maka jalan yang diambil adalah menikahkan keduanya.



Padahal dalam syariat Islam tidak semudah itu. Pezina yang belum pernah menikah harus menerima hukuman yang begitu pedih dan dipastikan menimbulkan efek jera.  Lalu seperti apa hukuman mereka? Berikut ulasannya.

Memang hukuman ini terlihat begitu kejam. Bahkan Provinsi Aceh yang menerapkan hukuman cambuk bagi pezina langsung menjadi sorotan dunia. Mereka mengecam hukuman tersebut.

Namun siapa yang tidak was-was melakukan perzinahan di Aceh yang menerapkan hukum Islam ini? Sehingga pada akhirnya, mereka berusaha menjaga diri agar terhindar dari hukuman cambuk tadi. Aktivitas zina yang merusak moral pun bisa sedikit demi sedikit menurun.

Lantas bagaimana dengan negera-negara yang membebaskan hubungan pra nikah di nergaranya? Apakah tidak iba melihat perempuan usia belia mengandung tanpa suami dan harus mengurusi bayinya sendiri.

Tidak di pungkiri, negara-negara penentang syariat islam ini saja tidak mampu menyelesaikan permasalahan zina  dan akibat yang timbul di negaranya. Namun mereka begitu lantang ketika melihat umat Islam menerapkan syariatnya.

Berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW hukuman bagi pezina yang belum menikah adalah dicambuk seratus kali dan diusir dari daerahnya selama satu tahun.

Zaid bin Kholid ra dan Abu Hurairah ra menceritakan, ada dua orang laki-laki Badui datang menghadap Rasulullah SAW. Laki-laki yang pertama bertanya kepada Rasulullah “Ya Rasulullah, sudikah engkau menghukumku atas dasar Kitab-kitab-Nya?”

Lalu pria kedua berkata “Benar Rasulullah, putuskanlah kitab kami berdasarkan Kitabullah”

“Terangkan dulu apa masalahnya,” Pinta Nabi Muhammad SAW.

Berceritalah laki-laki yang kedua “Putraku adalah pekerja upahan (laki-laki pertama) lalu putraku ini dahulu sebelum menikah pernah berzina dengan wanita yang sekarang menjadi istrinya (laki-laki pertama). Aku diberi tahu bahwa putraku harus dijatuhi hukuman rajam. Untuk itu aku telah menebus hukumannya dengan seratus ekor kambing (Yang belum beranak) dan seratus ekor kambing yang telah beranak. Lalu aku tanyakan lagi kepada Ahli hukum, lantas diterangkan lagi bahwa putraku harus dijatuhi hukuman berupa seratus kali pukulan dan dibuang selama satu tahun, sedangkan istrinya (laki-laki pertama) harus dijatuhi hukuman rajam”

Mendengar perkara tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda “Demi Tuhan (yang jiwaku berada di Tangan-Nya. Aku akan memetuskan perkara kalian ini berdasarkan Kitabullah. Semua kambing harus kamu ambil kembali. Dan atas putramu akan dijatuhi hukuman pukulan seratus kali dan dibuang selama satu tahun. Dan engkau Hai Unais, temui istri (laki-laki pertama) dan interogasi dia. Jika dia mengaku berzina maka rajamlah dia ”

Istri laki-laki itupun mengaku berbuat zina. Untuk itu, Rasulullah SAW memerintahkan agar Ia dirajam (HR. Bukhari Muslim).

Dalam riwayat lain Nabi Muhammad SAW bersabda “Perawan atau bujang yang berzina hendaklah didera (dicambuk) seratus kali dan diasingkan dari negerinya selama satu tahun” (HR Muslim)

Jelaslah bahwa sanksi hukum bagi pelaku zina yang belum pernah menikah (Baik laki-laki bujang maupun gadis perawan) adalah dicambuk 100 kali dan diusir dari daerahnya selama 1 tahun.

Tentang hukuman pengasingan bagi pelaku zina yang masih gadis, ulama berbeda pendapat. Menurut Imam Syafi’ie, pengasingan harus dilakukan dengan catatan si wanita harus disertai dengan mahromnya.

Sebaliknya, menurut Imam Malik hanya pezina perjaka yang dikenai hukuman buang, sedang wanitanya tidak dibuang, sebab mereka merupakan aurat yang harus disembunyikan.

Begini Siksa Neraka Berdasarkan Surat Al Waqiah

Alquran berisi tentang peringatan dan kabar gembira. Dalam Qalam-Nya ini, Allah SWT memberikan kabar gembira tentang gambaran kenikmatan kehidupan surga sebagai balasan bagi mereka yang beramal saleh saat hidup di dunia.

Namun, Allah juga berkali-kali menggambarkan tentang bagaimana kehidupan di neraka  yang begitu pedih dan menakutkan. Meski nantinya manusia akan disiksa berdasarkan keburukan yang diperbuat, namun penghuni tempat ini pasti akan merasakan siksa berikut.


Salah satu surat dalam Alquran yang menjelaskan tentang kehidupan neraka adalah Al-Waqiah. Surat ke-56 ini menerangkan bagaimana suasana, angin, air dan makanan manusia saat berada di neraka.  Seperti apa siksaannya? Berikut ulasannya.

1. Angin Sangat Panas dan Air yang Mendidih 
Allah SWT dalam surat Al-Waqiah menerangkan bahwa pada hari kiamat nanti manusia akan dibangkitkan menjadi tiga golongan, yakni golongan kanan, kiri dan golongan orang-orang yang lebih dahulu beriman.

Golongan kanan ini nantinya akan berada di sebelah kanan Arsy dan keluar dari sebelah Kanan Adam. Mereka diberi kitab catatan amal dengan tangan kanan mereka dan menjadi mayoritas penduduk surga. 

Sementara golongan kiri, adalah mereka yang berada di sebelah kiri Arsy, dan keluar dari sebelah kiri Adam. Mereka menjadi mayoritas penduduk neraka. Allah SWT menjelaskan bagaimana sengsaranya kehidupan golongan kiri ini.

Pertama adalah siksaan dari terpaan angin dan air yang mendidih.

“Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Mereka dalam siksaan angin yang sangat panas dan air yang mendidih. (Alwaqiah: 41-42)

Jika biasanya angin dan air mampu menyejukan manusia, maka di neraka kondisinya berbeda. Karena angin yang ada di sana berbahan dasar api yang panasnya begitu dasyat. Bahkan dalam sebuah riwayat dijelaskan jika api yang ada di dunia ini, hanya seperti bunga api akhirat nanti.

Abu Hurairah ra. menyatakan bahwa Rasulullah  SAW bersabda yang artinya” Api yang biasa kalian nyalakan merupakan sebagian dari tujuh puluh bagian panasnya neraka jahanam”

“Ya Rasulullah, demi Allah sungguh api dunia ini benar-benar cukup panas,” ungkap para sahabat. (HR Bukhari, Muslim dan Tirmidzi).

Demikian pula dengan air yang mendidih. Panasnya begitu memuncak dan membakar tubuh penghuninya. Allah SWT juga menjelaskan tentang air mendidih ini dalam surat Ar Rahman.

“Mereka berkeliling di antaranya dan di antara (hamimin) air panas yang memuncak panasnya.” (Qs. Ar-Rahman[55]: 44)

2. Naungan Asap Tebal
Asap di dunia ketika terjadi kebakaran hutan begitu membuat heboh. Banyak orang sakit mulai dari sakit mata, ISPA hingga kematian karena bencana kabut asap yang terjadi. Lantas bagaimana dengan asap di akhirat, Ya Allah pasti lebih mengerikan lagi. Allah menjelaskan bahwa penghuni neraka nanti akan merasakan asap tebal ini.

“Dan naungan asap hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.” (Alwaqiah: 43-44)

Naungan atau bayangan biasanya bisa dijadikan untuk tempat berteduh kala seseorang merasa kepanasan. Namun tidak dengan bayangan di neraka, karena bayangan yang ada di sana adalah  bayangan asap neraka.  Allah SWT juga menjelaskan dalam Al-Mursalat[77]: 30-33

“Pergilah kamu untuk mendapatkan bayangan (naungan) yang mempunyai tiga cabang, yang tidak melindungi dan tidak pula menolak nyala api neraka. Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana, seolah-olah ia iringan unta-unta kuning.” (Qs. Al-Mursalat[77]: 30-33)

3. Memakan dari Pohon Zaqqum
Zaqqum merupakan pohon yang buahnya menjadi makanan para penghuni neraka. Namun jangan membayangkan buah zaqqum layaknya apel dan anggur, karena zaqqum akan menimbulkan sakit diperut dan menyiksa yang memakannya. Namun tidak ada pilihan lain dari penduduk neraka. Mereka terpaksa memakannya karena sudah tidak ada makanan lain.

“Kemudian sesungguhnya kamu, wahai orang-orang yang sesat lagi mendustakan. Pasti akan memakan pohon zaqqum. Maka akan penuh perutmu dengannya. Setelah itu kami akan meminum air yang sangat panas. Maka kamu akan minum seperti unta yang sangat kehausan. Itulah hidangan untuk mereka dihari pembalasan” (Al-Waqiah: 51-56).

Rasulullah Shallahu’alaihi wa Sallam bersabda,”Seandainya setitik dari zaqqum diteteskan di dunia niscaya akan menghancurkan kehidupan semua penghuninya. Lalu bagaimana dengan keadaan orang yang menjadikan zaqqum sebagai makanannya?” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Majjah dalam sunannya, kitab Az-Zuhud, bab Shifat An Nar, 8/4325.)

Ya Allah, lindungilah kami dari siksa Neraka-Mu yang begitu pedih dan menyiksa. Berilah kami kekuatan agar senantiasa berada di jalan-Mu. Agar kami tidak pernah bertemu dengan tiga penyiksaan ini dan penyiksaan lain yang mengerikan itu.  

Lima Sifat yang Dimiliki Orang Beriman dalam Surah Al-Anfal

Beriman kepada Allah SWT merupakan satu hal yang wajib dilaksanakan oleh kaum muslimin. Iman kepada Allah berarti bahwa kita mempercayai Dia adalah satu-satunya Dzat yang memiliki keagungan dan kesempurnaan.

Beriman kepada Allah menjadi suatu kebutuhan dasar manusia dan menjadi sumber kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Bentuk keimanan tersebut direalisasikan dengan mengakuinya di dalam hati, diucapkan lewat lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan






Tentu saja menyadang gelar sebagai orang yang beriman menjadi suatu hal yang mulia. Namun, bagaimanakah agar kita menjadi orang yang beriman? Ternyata Allah SWT telah memberikan jawabannya di dalam surah Al-Anfal. Apakah isi surah tersebut? Berikut informasinya selengkapnya.

1. Memiliki Rasa Takut di Dalam Hatinya
Sifat pertama yang dimiliki oleh orang yang beriman adalah mereka memilii perasaan takut di dalam hatinya. Allah Ta’ala berfirman

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka” (QS. Al-Anfal: 2)

Perasaan takut jika disebutkan nama Allah SWT hanya dimiliki oleh orang yang beriman. Perasaan takut tersebut menjadi bentuk mengagungkan Allah. Apabila ia hendak berbuat maksiat, kemudian teringat Allah, dan tidak jadi melakukannya maka ia adalah orang yang beriman.

2. Adanya Tambahan Iman ketika Ayat Quran Dibacakan
Sifat pertama yang dimiliki oleh orang yang beriman adalah ketika dibacakan ayat suci Al-Qur’an maka bertambahlah keimanan orang tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa orang yang beriman, ketika mendengar bacaan Al-Qur’an maka bergetarlah hatinya. Di sinilah kemudian bertambah keimanan orang tersebut. Allah Ta’ala berfirman

“dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)” (QS. Al-Anfal: 2)

Ada begitu banyak manfaat yang akan diperoleh mereka yang bertambah rasa imannya.. Sebagaimana RasulullahShallallahu ‘alaihi Wasallam pernah memerintahkan Ibnu Mas’ud untuk membacakan Al Qur’an, lantas Ibnu Mas’ud bertanya, “Bagaimana aku membacakan Al Qur’an sedang Al Qur’an diturunkan untukmu?”.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pun menjawab, “Sungguh aku senang mendengar bacaan Al Qur’an dari orang lain.” Ibnu Mas’ud pun membaca surah An-Nisa, tatkala sampai pada ayat 41,

“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)” (QS. An-Nisa: 41).

Maka Nabi mengatakan, “Cukup” Aku pun memandangi Nabi dan melihat mata beliau berlinangan air mata. (HR. Al-Bukhari)

Dengan bertambahnya keimanan, maka akan menjauhkan diri kita dari perbuatan maksiat dan justru mendekatkan diri kepada ketaatan.

3. Tawakkal Hanya kepada Allah
Sifat kedua yang dimiliki oleh orang beriman adalah mereka hanya bertawakal kepada Allah semata. Tidak ada tempat ataupun makhluk lain yang menjadi tempatnya berlindung dan bergantung. Ia menyadari bahwa hanya Allah lah sebaik-baiknya tempat bertawakal. Allah Ta’ala berfirman:

“dan hanya kepada Rabbnya mereka bertawakkal” (QS. Al-Anfal: 2).

Orang yang beriman akan senantiasa menyandarkan segala urusannya hanya kepada Allah. Mereka juga menyadari bahwasanya terwujud dan tidak terwujudnya segala sesuatu itu hanya atas kehendak Allah SWT.

4. Mendirikan Shalat
Shalat merupakan tiang agama. Ternyata senantiasa mendirikan shalat menjadi salah satu sifat atau ciri yang dimiliki oleh orang beriman. Mereka akan selalu mengerjakan perintah Allah yang satu ini dan tentu saja mendapatkan pahala setelahnya. Allah Ta’ala berfirman

“(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat” (QS. Al-Anfal: 3).

Banyak ayat di dalam Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa shalat menjadi salah satu bukti keimanan seseorang. Orang yang beriman akan mendirikan shalat secara sempurna, baik itu shalat yang hukumnya wajib ataupun yang sunnah.

5. Senang Berinfak
Selain orang yang senantiasa mendirikan shalat, ternyata orang beriman juga gemar untuk berinfak atau bersedekah. Mereka menyadari bahwa sedekah menjadi jalan untuk menolong sesama manusia yang berada dalam kesulitan. Allah Ta’ala berfirman

“dan yang menginfakkan rizki yang Kami berikan kepada mereka” (QS. Al-Anfal: 3).

Namun, hal yang harus dipahami adalah orang beriman menginfakkan hartanya tersebut di jalan Allah SWT. Sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, beliau menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah. Namun, apabila ada kebutuhan mendesak, seperti adanya kebutuhan diri dan keluarga serta orang lain yang harus dipenuhi maka tidak sepatutnya menginfakkan seluruh harta tersebut.

“Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya” (QS. Al-Anfal: 4).

Demikianlah informasi mengenai lima sifat yang dimiliki oleh orang yang beriman. Kelima sifat tersebut sudah digambarkan secara jelas di dalam surah Al-Anfal. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa bertambah keimanannya kepada Allah SWT.

Nabi Muhammad Sujud Syukur Saat Orang Ini Meninggal Dunia

Nabi Muhammad SAW merupakan suri tauladan yang patut dijadikan contoh.  Dalam kesehariannya, Rasul selalu bertindak dengan akhlak terbaik. Salah satu sifat nabi yang patut diikuti adalah pandai bersyukur atas segala kondisi yang dialami.

Nabi bahkan sampai bersujud setiap kali menerima berita bahagia. Sujud ini pada hakikatnya adalah ungkapan terimakasih kepada Allah SWT yang dilakukan saat mendapatkan nikmat. Namun, tahu kah anda jika ternyata Rasulullah pernah sujud syukur saat salah seorang manusia meninggal dunia.


Ia bahkan sampai disangka wafat karena lamanya melakukan sujud bahagia tersebut. Seberapa burukkah orang ini sehingga membuat Nabi bersujud dan bersyukur mendengar kematiannya? Siapa dia? Berikut ulasannya.

Sebagaimana yang diriwayakan oleh HR Abu Daud dan Tirmizi, Abu Bakrah menuturkan bahwa sesungguhnya apabila datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sesuatu yang menggembirakan atau kabar suka, beliau langsung sujud terima kasih kepada Allah.

Nabi SAW pernah bersujud setelah doanya dikabulkan. Beliau meminta kepada Allah Ta’ala agar dapat memberikan syafaat kepada umat-umatnya. Maka beliau bersujud setelah doanya dikabulkan sebagai wujud syukur kepada Allah Ta’ala.

Beliau juga pernah bersujud lama di luar shalat hingga disangka wafat oleh ‘Abdurrahman bin ‘Auf. Peristiwa itu terjadi ketika beliau menerima kabar dari Malaikat Jibril bahwa Allah Ta’ala akan memberikan balasan kepada umatnya yang berkirim shalawat dan salam kepadanya.

Sebagaimana disebutkan dalam al-Futuh, Imam Abu Daud pernah meriwayatkan perkataan Imam Muhamamd bin Ishaq bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersujud ketika mendengar kabar kematian seseorang. Seberapa burukkah orang ini hingga membuat Nabi bersujud mendengar kematiannya?

Kabar tewasnya Abu Jahal dalam Perang Badar diterima oleh Nabi SAW dari seorang laki-laki yang menyatakan bahwa Abu Jahal tewas di tangan Mu'awwadz dan Mu'adzAbu ( Riwayat Bukhari dan Muslim ). Namun, beliau tidak langsung mempercayainya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun memerintahkan lelaki tersebut untuk bersumpah sebanyak tiga kali.

“Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Aku sungguh melihat Abu Jahal terbunuh”, ucap laki-laki tersebut. Setelah kalimat sumpah itu diucapkan tiga kali, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun bersujud.

Melihat konteks historis kehidupan pada masa nabi, sujud syukur dilakukan ketika musuh-musuh Islam meninggal karena pada masa itu masih terjadi peperangan. Terbukti hadis yang dikeluarkan oleh Abu Daud terdapat dalam kitab jihad. Jihad pada masa nabi identik dengan angkat senjata sehingga kematian musuh-musuh Islam merupakan sesuatu yang menggembirakan.

Kejadian tewasnya Abu Jahal dan sujudnya Nabi sebagai wujud rasa syukur ini juga menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi umat Islam. Bahwa dalam proses menjalani hidup, ada orang-orang yang kematiannya ditunggu dan disyukuri oleh orang lain.

Sebab, ketiadaan mereka lebih diharapkan karena selama hidup orang tersebut tidak memberikan manfaat, justru madharat kepada diri dan sekitarnya. Padahal Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada umatnya melalui sabda beliau: Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain ( HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah )

Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Seorang Muslim lebih diperintahkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain, bukan hanya mencari manfaat dari orang atau memanfaatkan orang lain. Ini adalah bagian dari implementasi konsep Islam yang penuh cinta, yaitu memberi.

Sujud syukur merupakan salah satu bentuk rasa syukur seorang hamba kepada Tuhannya, yang telah dicontohkan oleh rasulullah dan para shahabatnya. Bukan hanya dicontohkan, Allahpun telah memerintahkan kepada hambanya untuk bersyukur.

Janganlah kita memandang banyaknya materi yang dimiliki atau didapat menjadikan seseorang untuk melakukan sujud syukur, tetapi kita harus memulainya dari hal-hal yang kecil yang justru sering terlupakan oleh kebanyakan orang.